Please Wait...

silahkan tunggu untuk proses download file anda ...





































by Emily Jack-Scott (Garfield County Master Gardener Apprentice)
The spruce beetle (Dendroctonus rufipennis) is currently the leading insect responsible for killing trees in Colorado, having usurped mountain pine beetle in 2012 (2017 Report, CSFS). These bark beetles have swept through hundreds of thousands of acres of forested lands in the Colorado Rockies in recent years. Since 2000, close to 2 million acres have been impacted across Colorado. Counties most heavily impacted between 1996-2018 include Hinsdale, Mineral, Saguache, Gunnison, Conejos, and Rio Grande; each experiencing hundreds of thousands of affected acres. (2018 Report, CSFS)
Figure 1 Tree mortality in Colorado caused by mountain pine beetle vs. spruce beetle. Spruce beetle overtook pine beetle as the lead insect pest in 2012. Credit: 2017 Report on the Health of Colorado's Forests (CSFS)
Spruce bark beetles are a native species, endemic to the Rocky Mountains. In Colorado, the beetles favor high alpine (above 9,000’) Engelmann spruce, but will also attack Colorado blue spruce and Norway spruce, and at lower elevations. At usual low endemic levels the beetles target dead trees, from windfall events or the like. But once they rise to epidemic levels they will attack live trees, initially favoring larger diameter trees (over 16” diameter), progressively targeting smaller spruces down to 3” diameter. Larvae overwinter under the bark of infested trees, emerging as adults and flying to new host trees between May and July the following year. Once they find a new host, adults chew through a host tree’s bark to tunnel around in the tree’s cambium and outer-most sapwood just beneath the bark, creating elaborate tunneling patterns known as galleries. It is in these galleries that they will lay their eggs, which will hatch into larvae in the fall and start the life cycle over again (2018 Report, CSFS; CSFS Quick Guide).
Figure 2 Tree mortality caused by spruce beetle. Credit: USDA Forest Service, Region 6, State and Private Forestry, Forest Health Protection. Source: William M. Ciesla collection; Fort Collins, Colorado.
What to look for:
Signs include the small dark brown beetles or white creamy larvae themselves. Symptoms include frass (insect poop, appearing as a fine sawdust from boring activity) collecting in the furrows of bark along the trunk, thin streamers of sap running down the trunk, visible small holes in the trunk with or without pitch tubes (see Figure 3), increased woodpecker activity, and/or the yellowing and eventual dropping of needles. Unlike pines attacked by mountain pine beetle the needles do not turn a vibrant red before falling off. Rather they fade to a sickly green before drying out entirely and falling off over time (CSFS Quick Guide).

Figure 3 Pitch tubes Credit:  USDA Forest Service
Spruce beetle is not confined to forested areas, and therefore should be on the radar of gardeners and landscapers in the mountains. Spruce beetle can sometimes favor trees in landscaped and urban settings, which may be under additional pressures and adverse growing conditions. Other factors that can make trees more at risk are drought stress, recent fires, increasingly mild winter low temperatures, and abundance of spruce in an area (Spruce Beetle UAF).

The Colorado mountains have not only experienced these stressors in recent years, but most recently incurred historic avalanches during the 2019 winter. These avalanches resulted in the disturbance, uprooting, and death of countless spruce, serving as magnets for spruce beetles. This will likely increase spruce beetle pressure in forests and yards of the high mountains that were otherwise minimally impacted over the last few decades (see map below of recent spruce beetle activity in Colorado). 
What you can do:
Options for prevention are limited. Pyrethroid insecticides can be sprayed on tree trunks during flight windows (May-July), and very new research is confirming that certain formulations of MCH[S1] [EJ2]  pheromone packets (namely MCH-AKB) has efficacy deflecting beetle attacks. These pheromone packets release a scent that sends a false signal to beetles that a tree of forest stand has already been infested by spruce beetles, so new beetles pass over such trees (Hansen et al. 2019). Once trees have been attacked, they should be felled and either completely removed from a location (including chips and slash), or should be cut and stacked in an area with full sun and covered completely with clear plastic. (Spruce Beetle, CSFS)

Sources
2017 Report on the Health of Colorado’s Forests. Colorado State Forest Service.

2018 Report on the Health of Colorado’s Forests. Colorado State Forest Service. https://csfs.colostate.edu/media/sites/22/2019/03/FINAL-307714_ForestRpt-2018-www.pdf


Hansen, E.M., Munson, A.S., Wakarchuk, D., Blackford, D.C., Graves, A.D., Stephens, S. and Moan, J.E., 2019. Advances in Semiochemical Repellents to Mitigate Host Mortality From the Spruce Beetle (Coleoptera: Curculionidae). Journal of economic entomology.

Spruce Beetle – Trees/Forests at Risk. University of Alaska Fairbanks. http://sprucebeetle.open.uaf.edu/2-module-2/


Despite beetle threat, Aspen-area avy debris to remain. Aspen Times. July 2, 2019. https://www.aspentimes.com/news/despite-beetle-threat-aspen-area-avy-debris-to-remain/

Tanaman buah naga

Tanilokal - Tanaman buah naga atau pitaya merupakan salah satu jenis tanaman kaktus yang hanya dapat tumbuh secara alami di daerah tropis seperti di Indonesia. Kalau Anda ingin menanam pohon yang bisa menghasilkan buah dalam waktu relatif singkat, maka tanaman buah naga adalah pilihan tepat. Di mana tanaman ini mulai menghasilkan buah pertama saat berumur 10 bulan, serta dapat terus hidup selama 20 tahun. Menarik bukan ?

Nah, yang perlu diperhatikan sebelum menanam buah naga adalah menentukan lokasi yang sesuai untuk pertumbuhannya.


Menurut Badan Litbang Pertanian, tanaman buah naga dapat tumbuh optimal di dataran rendah sampai dataran sedang dengan ketinggian 0-800 mdpl. 


Gunakan aplikasi yang bernama altitude meter melalui Smart phone Anda untuk mengetahui berapa ketinggian lahan dari permukaan laut. Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis melalui Play Store maupun App store. 


Sedangkan untuk kebutuhan sinar matahari, tanaman buah naga membutuhkan penyinaran penuh. Artinya lokasi penanaman buah naga harus di tempat terbuka dan tidak terdapat naungan atau penghalang masuknya sinar matahari, contohnya seperti pohon besar atau tembok bangunan. 


Apabila lokasi penanaman sudah ditentukan, berikut 5 langkah cara menanam buah naga yang baik dan benar supaya cepat berbuah dan berumur Panjang.


Pemilihan bibit
Bibit tanaman buah naga (Hyloceresus sp) nantinya berupa stek batang yang memiliki panjang minimal 30 cm dengan tekstur batang yang keras dan tua. 

Setidaknya ada dua jenis bibit buah naga yang dijual oleh dinas pertanian maupun penjual bibit tanaman berdasarkan bentuk fisik kulit dan daging buahnya, yaitu; tanaman buah naga kulit merah-daging putih, kulit merah-daging merah, dan kulit kuning-daging putih.



Bibit tanaman buah naga

Selanjutya pilihlah bibit yang minimal memiliki 4 mata tunas serta dalam kondisi sehat. Perlu kiranya menggali informasi seputar pohon indukan bibit tersebut. 

Di mana kriteria pohon induk yang baik untuk dijadikan sebagai bibit buah naga antara lain; sudah pernah berbuah sebanyak 4 kali, produksinya tinggi, serta bebas penyakit.

  
Penanaman
Sebelum melakukan penanaman, Anda perlu menyiapkan tiang penyanggah atau tiang panjatan terlebih dahulu. Karena nantinya tanaman buah naga akan tumbuh merambat dan tetap produktif selama 20 tahun. Maka dari itu buatlah tiang penyanggah dari bahan yang kuat dan tahan lama yaitu tiang beton.


Tiang beton buah naga

Setelah tiang penyangggah sudah jadi, selanjutnya benangkan tiang ke dalam tanah dengan kedalaman 50 cm, supaya kuat menahan beban tanaman buah naga dan tidak mudah roboh. Nantinya jarak antar tiang adalah 2,5 meter.

Tanaman buah naga menyukai tanah yang lembab namun tidak tergenang. Untuk itu buatlah saluran drainase atau parit, sehingga ketika turun hujan air tidak menggenangi lahan. 


Anda juga bisa membuat gundukan atau bedengan untuk menanam buah naga ini. Ukuran bedengan setidaknya Lebar 1.5 meter, tinggi 30-50 cm, serta jarak antar bedengan 1 meter.


Kemudian buat lubang tanam dengan ukuran 70 X 70 X 70 cm. Campurkan tanah galian tersebut dengan pupuk kandang dari kotoran kambing yang sudah difermentasi sebanyak 10-15 kg atau setengah karung. Tambahkan pula dolomit sebanyak 1 kg, sekam bakar 2 kg dan pupuk NPK sebanyak 50 gr.


Setelah tanah galian sudah dicampur dengan pupuk serta dikembalikan ke dalam lubang tanam, maka bibit buah naga bisa segera ditanam. Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang optimal, setiap 1 tiang penyanggah cukup ditanami 3 bibit buah naga. Siram bibit dengan air secukupya setiap pagi hari atau ketika tanah di sekitar bibit kelihatan agak kering.


Pemupukan Susulan
Karena tanaman buah naga dapat hidup dalam waktu yang lama, maka supaya bisa terus berbuah sepanjang tahun perlu dilakukan pemupukan secara berkala.

Terdapat dua jenis pupuk yang nantinya diberikan pada tanaman buah naga. Yaitu pupuk organik dan pupuk kimia sintetis. Fungsi utama dari pupuk organik adalah menjaga keseimbangan mikroorganisme di dalam tanah. 


Pupuk organik yang dipakai adalah pupuk kandang yang terbuat dari fermentasi kotoran kambing. Untuk setiap rumpun atau 1 tiang penyanggah dosisnya sebanyak 15 kg yang diberikan setiap 3 bulan sekali. Tambahkan pula pupuk hayati yang mengandung bakteri Nitrobacter, nitrococcus, dan jamur mikoriza arbuskula atau trikoderma.


Mikroorganisme tersebut membantu dalam menyediakan nutrisi siap serap yang dibutuhkan oleh tanaman. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa membaca dalam artikel Peranan Mikroorganisme Bagi Kehidupan Tanaman.


Selain itu mikroorganisme dari jenis jamur akan membuat porositas dan kelembaban tanah tetap terjaga. Sehingga perakaran tanaman buah naga bisa mendapatkan asupan air dan oksigen yang cukup. 


Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur Nitrogen, Phosphor dan Kalium, diperlukan pemberian pupuk kimia sintetis NPK. Namun karena pupuk NPK sifatnya kurang ramah lingkungan, jadi penggunaannya harus sesuai dosis, yaitu berupa NPK 15-15-15 sebanyak 50 gr/tanaman yang diberikan setiap 3 bulan sekali. 


Setelah tanaman berumur 10 bulan pupuk yang digunakan adalah yang mengandung P dan K, yaitu SP-36 sebanyak 25 gr/tanaman dan KCL 25 gr/tanaman, pemberiannya setiap 3 bulan sekali.


Nah, bagi Anda yang ingin menanam buah naga secara organic anda dapat mengganti pupuk NPK sintetis dengan bahan yang alami. Anda dapat mempelajari dalam artikel bahan-bahan alami sumber pupuk NPK organik.


Cara aplikasi pupuk NPK sintetis ini dapat dengan cara dilarutkan dengan air terlebih dahulu (dikocor), atau disebar secara langsung dengan membuat parit kecil yang jaraknya 20 cm dari tanaman, kemudian ditimbun dengan tanah.


Pemangkasan
Dalam menanam buah naga perlu dilakukan aktifitas pemangkasan secara rutin. Utamanya adalah pemangkasan atau membuang cabang air yang tumbuh di ruas-ruas batang utama. 

Proses pemangkasan tersebut dilakukan selama masa pertumbuhan vegetatif yaitu mulai dari penanaman bibit sampai tanaman berumur 6-8 bulan. Sehingga hanya terdapat satu batang utama yang tumbuh sampai tanaman mencapai ujung tiang penyanggah.


Setelah tanaman dewasa atau sudah mencapai tiang penyanggah (biasaya setelah tanaman berumur 8-10 bulan), langkah selanjutnya adalah memotong ujung tanaman dengan Panjang 30 cm. Proses ini bertujuan untuk memicu tumbuhya cabang sekunder produktif yang nantinya akan menghasilkan bunga.


Untuk menjaga produktifitas tanaman supaya dapat menghasilkan buah yang berkualitas sekaligus tanaman dapat berumur Panjang, maka pada setiap cabang utama tanaman jumlah cabang produktif yang dirawat cukup 3-5 cabang saja.


Penyerbukan dan perawatan
Tanaman buah naga mulai berbunga yang pertama setelah berumur 10-12 bulan. Bunga akan mekar di malam hari dan akan terjadi penyerbukan yang dilakukan oleh serangga seperti lebah dan tawon. 


Penyerbukan manual bunga buah naga

Namun ada baiknya Anda melakukan penyerbukan secara manual dengan menggunakan kuas. Sehingga diharapkan buah bunga tersebut kemungkinannya untuk dapat menjadi buah lebih tinggi.

Tanaman buah naga termasuk salah satu jenis tanaman berumur Panjang dan cukup mudah dalam hal perawatannya. Aktifitas harian yang perlu Anda lakukan secara rutin antara supaya tanaman terus produktif diantaranya; pemangkasan pada cabang yang terserang penyaki, penyiraman rutin dan secukupnya untuk menjaga tanah supaya tetap lembab, serta membersihkan lahan dari rumput liar.


Referensi :

Azri, BPTP Kalimantan Barat (2017). Respon pupuk organic dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produktivitas buah naga
Santoso, PJ. BPTB tropika Sumatera Barat (2013). Budidaya buah naga organic di pekarangan, berdasarkan pengalaman petani di kabupaten malang
Kristriandiny, O dan Susanto, S. Fakultas Pertanian IPB (2016). Budi daya buah naga putih (hyloereus undatus) di Sleman, Yogyakarta : Panen dan Pascapanen 
Irwan Muas, Ir. Mp. BPTB tropika Sumatera Barat. Budidaya buah naga (dragon fruit)
Balcony garden (2019). How to grow dragon fruit | growing dragonfruit (pitaya)
Osborne, T. MD. Tasty Landscape (2013). How to get your dragon fruit cactus to fruit
Valencia, M. Self sufficient me (2012). Dragon fruit (pitaya)-how-to guide for growing

Gambar :



Tanaman melon

Tanilokal - Memasuki pertengahan musim kemarau selalu dibarengi dengan panen raya buah melon. Buah yang satu ini memang cocok ditanam di awal musim kemarau, yaitu pada bulan Mei sampai bulan Agustus. Ketika intensitas turunnya hujan dirasa sudah mulai jarang terjadi, maka penanaman melon dapat segera dilakukan.


 “Kenapa melon ditanam saat musim kemarau?"


Ternyata kadar kemanisan buah melon dipengaruhi oleh jumlah air yang diserap oleh tanaman. Khususnya ketika memasuki fase pematangan buah. Yaitu saat tanaman sudah berusia 50 - 55 hari setelah tanam (HST). 


Supaya kadar kemanisan buah yang dihasilkan bisa tinggi (12 - 14 brix), maka saat memasuki fase pematangan buah aktifitas pengairan harus dihentikan. 


Nah, dengan menanam melon di awal musim kemarau, maka kita dapat mengatur jumlah debit air yang diterima oleh tanaman sampai menjelang panen. 


Lain halnya kalau penanaman dilakukan saat musim penghujan. Buah yang dihasilkan bisa terasa hambar dan kurang manis, karena akar tanaman mendapatkan air yang berlebihan saat memasuki fase pematangan buah.


Setelah mengetahui waktu tanamnya, berikut tahapan menanam melon supaya buah yang dihasilkan dapat berukuran besar sekaligus manis.


Menanam melon secara vertikal

Sebenarnya ada dua macam cara dalam budidaya melon (cantaloupe) berdasarkan posisi pertumbuhannya. Pertama tanaman dibuat merambat ke atas secara vertikal dengan bantuan lanjaran, atau cara yang kedua tanaman dibiarkan menjalar di permukaan tanah secara horizontal. 

Di mana proses perawatan tanaman melon secara vertikal jauh lebih mudah dibandingkan yang dibiarkan menjalar. Di sisi lain meskipun lahan budidaya melon berukuran sempit, jumlah tanaman yang dibudidayakan juga bisa tetap banyak.



Tanaman buah melon

Untuk bahan lanjaran sebaiknya menggunakan batang bambu, karena bambu memiliki serat yang kuat dan bisa dipakai berulang kali. Selain itu biaya pengadaan bambu juga tergolong lebih murah sekaligus mudah didapatkan dibandingkan dengan jenis kayu lainnya.


Persiapan lahan

Layaknya tanaman dari keluarga Cucurbitacaea atau timun-timunan, tanaman melon menyukai kondisi lahan dan tanah yang hangat. Maka dari itu tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah sampai dataran sedang. Mulai dari 0 mdpl - 600 mdpl. 

Buat bedengan dengan ukuran lebar 120 cm, tinggi 30 cm, serta panjang 10 m. Sedangkan untuk jarak antar bedengan yang ideal adalah 60 cm. Dengan desain bedengan seperti ini maka cahaya yang diterima oleh tanaman untuk fotosintesis dapat maksimal. 


Selain itu sirkulasi udara juga lebih baik, sehingga penyakit jamur powdery mildew dan kresek yang sering menyerang daun dan batang tanaman melon dapat dicegah.


Pemberian pupuk dasar

Tanaman melon termasuk tanaman berumur pendek yang memerlukan air serta unsur hara makro dan mikro dalam jumlah banyak. Di mana nantinya setiap satu tanaman bisa menghasilkan 2 - 6 buah dengan bobot rata-rata 2 kg. 

Untuk itu bedengan tempat penanaman melon perlu diberikan pupuk dasar berupa campuran pupuk kandang dari kotoran sapi atau kambing yang telah kering sebanyak 850 gr - 1 kg, pupuk NPK 25 gr, ZA 10 gr dan SP36 10 gr per tanaman. 


Campurkan bahan tersebut dengan tanah bedengan secara merata. Apabila pH tanah kurang dari 6, maka tiap bedengan perlu ditambahkan dolomit sebanyak 5 kg - 7 kg.Gunakan juga mulsa penutup tanah seperti jerami padi atau mulsa plastik, agar supaya tanah bedengan tetap hangat dan lembab.


Penggunaan benih berkualitas dan bersertifikat

Dikalangan petani melon jenis benih yang sering dipakai diantaranya merk PERTIWI, PANAH MERAH, DAN SAKATA. Tiga merk benih bersertifikat tersebut memiliki varietas melon daging putih kehijauan, melon daging oranye dan melon kulit kuning. 

Anda dapat membelinya di toko pertanian atau secara online. Di mana masing-masing memiliki keunggulan dan harga jual yang berbeda-beda.


Keuntungan dari penggunaan benih yang diproduksi oleh pabrik tersebut salah satunya adalah kualitas buah yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang diharapkan. 


Benih tersebut juga sudah melalui proses seleksi yang ketat sampai didapatkan produk unggulan F1, sehingga buah yang dihasilkan memiliki kulaitas yang baik, sekaligus tanaman dapat lebih tahan dari serangan hama dan penyakit. 


Lakukan pembibitan terlebih dahulu di dalam greenhouse dengan menggunakan seedtray selama 1 minggu. Media tanam yang digunakan berupa campuran pupuk kandang dan cocopeat dengan perbandingan 1:2.


Pindah tanam

Setelah bibit melon berusia 1 minggu atau telah berdaun 3, maka bibit sudah bisa dipindahkan di bedengan pembesaran. 

Gunakan jarak tanam 50 - 60 cm antar tanaman. Waktu pindah tanam sebaiknya dilakukan sebelum jam 10 pagi atau setelah jam 3 sore. 


Buat lubang tanam sesuai dengan ukuran bibit, usahakan untuk tidak merusak perakarannya saat memindahkan bibit. Setelah bibit ditanam, lakukan penyiraman dengan air secukupnya.


Penyiraman dan Pemupukan Susulan

Supaya tanaman melon dapat tumbuh dengan baik maka lakukan penyiraman dan pemupukan secara berkala. Saat tanaman berumur 0 HST sampai dengan umur 24 HST proses penyiraman dilakukan setiap pagi hari. Setelahnya penyiraman dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu sampai tanaman berumur 50 - 55 hari. 

Sedangkan untuk aktifitas pemupukan secara berkala dilakukan setiap 1 minggu sekali. Larutkan pupuk sintetis sesuai dosis dengan air bersih sebanyak 250 ml, kemudian kocorkan di sekeliling tanaman.


Berikut tabel waktu aplikasi pupuk susulan serta jenis dan takaran pupuk yang digunakan pada tanaman melon ;

Tabel pemupukan tanaman melon
Pemangkasan Cabang dan Seleksi Buah
Pemangkasan cabang diperlukan agar supaya nutrisi yang diserap oleh akar tanaman dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada umumnya jumlah cabang yang dipelihara sampai tanaman menghasilkan buah cukup 2 cabang sekunder.

Biasanya tanaman mulai menghasilkan bunga jantan dan betina saat memasuki umur 28-35 HST. Pada waktu itu lakukan penyerbukan buatan dengan cara mengoleskan benang sari pada bunga jantan ke putik bunga betina yang tumbuh mulai dari ruas daun ke 8. 



Bakal buah melon

Nantinya Anda dapat melakukan seleksi dengan cara membuang bakal buah yang berukuran kecil dan cacat setelah bakal buah sudah seukuran telur ayam. Jumlah buah yang dipelihara sampai panen dipertahankan sebanyak 2-4 buah per tanaman. 


Gantungkan bakal buah yang sehat dengan mengikat cabang pangkal buah menggunakan tali raffia. Selanjutnya pangkas cabang tersier, kemudian sisakan 2 helai daun yang tumbuh dari batang bakal buah.


Agar supaya buah yang dihasilkan memiliki kadar kemanisan yang tinggi, maka harus dilakukan pemangkasan pada pucuk daun. Sehingga energi yang dihasilkan oleh tanaman akan difokuskan untuk pematangan buah. Untuk itu potong pucuk tanaman setelah jumlah ruas yang dihasilkan pada masing-masing cabang sekunder sudah mencapai 25 ruas.


Panen

Buah melon sudah siap untuk dipanen setelah tanaman mencapai umur 65 sampai 75 HST. Ciri-ciri buah melon yang sudah matang akan mengeluarkan aroma khasnya dan terjadi perubahan warna kulit menjadi kekuningan. 


Buah melon siap panen 70hst

Gunakan gunting pangkas untuk memanen buah melon, sisakan 2 cabang dengan Panjang masing-masing kurang lebih 2,5 sampai 5 cm.


Referensi :

Davis, T. the imperfectly happy home (2017). Growing cantaloupe everything you need to know
Dyer, H, M. Gardening know how (2018). Container grown cantaloupe : care of cantaloupe in pots
Miller, R. Home Guides | SF Gate (2019). Tips for growing cantaloupe
Pleasant, J. Mother earth news (2011). All about growing melons
Wiley, D. Better homes & garden (2017). Must-know tricks for growing cantaloupe as big as your head

by Irene Shonle
It is heartening to see so many people being committed stewards of their land who are working to eradicate the noxious weeds on their property.  Thank you to everyone who is participating!  A word of caution -  it is possible to be a little too enthusiastic. This happens when someone pulls or treats the wrong plant – a plant that has the misfortune of looking like a noxious weed. These look-alike plants are often native, and can provide good habitat for pollinators, or at the very least, will occupy space that otherwise could be invaded by a noxious weed, so it’s best to learn how to distinguish which is which.

Some of the most common mistaken identities up here are:

  • Golden banner/yellow toadflax,
  • Pineapple weed/scentless chamomile,
  • Cutleaf daisy/oxeye daisy 
  • Fireweed/purple loosestrife.


Golden banner is a native plant – it blooms in the spring, and has solid yellow flowers, and three-lobed (trifoliate) leaves. Yellow toadflax blooms in the second half of summer with two-tone yellow flowers with a darker throat, and has strap-shaped leaves.
Golden banner

Yellow toadflax
Pineapple weed, while an introduced plant, is not on the noxious weed list. It is, however, having a very good year, and can be easily controlled by hoeing or pulling.  It has ferny leaves that, when crushed, smell like pineapple. The whole plant only gets to 6-8” tall at the most. It develops small yellow buttons, but never white ‘petals’ (ray flowers). Scentless chamomile also has ferny leaves, but they have no odor (the plant names give good ID clues). It gets up to 3’ tall, and has hundreds of white flowers.
Pineapple weed
Scentless chamomile
Cutleaf daisy is a native plant with small white flowers and finely cut leaves that could look a little ferny. It can (and has been) mistaken for pineapple weed, scentless chamomile and oxeye daisy. The flowers on the native bloom in the spring, and the foliage has no smell. The whole plant is no taller than about 4” tall. Oxeye daisy blooms mid-summer, and has much larger flowers, as well as broader leaves with teeth (not ferny). The plant grows 1’-3’ tall.
Cut-leaf daisy and penstemon
Oxeye daisy
Fireweed is a native plant with 4 pink petals. It blooms mid-summer to fall. The leaves are alternate, and the plant can grow up to 4’ tall. Purple loosestrife is not known to be up at this elevation, but people have frequently pulled out fireweed by mistake. Loosestrife has opposite leaves (or even whorled – meaning that four leaves come out of the stalk at the same place). It has 5-7 purple petals and can grow up to 8’ tall. 
Fireweed

Loosestrife
Finally, we have many wonderful native thistles, and it’s easier to just learn to recognize our two common noxious thistles, Canada thistle and musk thistle, rather than all of the native thistles. Musk thistle has large, solitary purple flowers with a formidable row of teeth under the flower. The leaves have a whitish edge. Canada thistle usually forms thickets due to the root system, and has clusters of small purple flowers.  See below table for a quick reference to distinguishing these plants.

Native plant
Bloom
Leaves
Noxious weed
Bloom
Leaves
Golden Banner
Solid yellow, spring
Three-parted
Yellow toadflax
Two-toned with a darker throat, Mid-late summer
Strap-shaped
(Pineapple weed – not native, but not noxious)
Just a yellow button, spring-mid summer
Ferny, smells of pineapple
Scentless chamomile
White flowers, Mid-late summer
Ferny, odorless
Cutleaf daisy
Small white flower, spring
Finely cut, a little ferny
Oxeye daisy
Large, white, blooms
Small teeth on leaves
Fireweed
4-petals, pink, mid-late summer
Alternate leaves
Purple loosestrife
5-7 pink petals, mid-late summer
Square stem, 4 or more leaves come out of same place on stalk (whorled)
Native thistles
Varies – white, pink, brownish
Varies – usually very white on underside
Noxious thistles (especially Canada and Musk)
Purple-pink
Varies


For more information on thistles, see this brochure: https://www.larimer.org/sites/default/files/uploads/2017/finaltg2nded.pdf


Irene Shonle is the CSU Extension Agent and Director in Gilpin County